Posts

Showing posts from August, 2017

Karna Indonesia

Image
Karna Indonesia Karna pun tak beranjak dari pijakannya, mendengar wejangan ibunda tercintanya, sang dewi kunti. “Wahai anakku bergabunglah engkau dengan saudara mudamu, Puntadewa, Janaka, Werkudara, Nakula dan Sadewa, mari rebut nusantara dari rezim pemerintah sehingga tak ada pertumpahan darah antar saudara”. Karna pun diam membisu seraya memandangi senja merah putih cakrawala. Kunti kembali berwejang, “Bung Karna sang pemilik senjata kuntawijayandanu, bukankah pemerintahan rezim duryudana telah menjatuhkan hak-hak para pandawa sebagai pewaris tahta nusantara,?”. “Wahai ibu pertiwi, mengapa dulu engkau hanyutkan daku tatkala engkau masih menjadi penghuni kasta istana?, engkau malu mengakui daku sebagai putra pertiwimu ?, mengapa justru seorang rakyat jelata yang keseharianya mengais rizki dipematang sawah yang rela merawat kehidupanku ?. Hingga seiring waktu justru Prabu Duryudana yang merelakan untuk membantu keluarga baruku dan membiayai kebutuhan keseharian kami,

Khidmat Terhadap Pendidikan

Image
“Sangkar Singa, Tidak Berisi Kucing” Prof. Dr. H. Imam Suprayogo Sosok Prof. Imam Suprayogo jelas tidak asing bagi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, seseorang yang dikenal mempunyai keahlian dalam komunikasi lisan tersebut tidak henti-hentinya terus mengajak dan memotivasi mahasiswanya. Tak luput pemuda menjadi topik bahasan yang selalu diceritakannya. Bagaimanapun kondisi Bapak yang pernah memimpin selama 16 tahun ini juga masih menyimpan gairah ke-pemudaan-nya. Pemuda atau pelaku muda tidak terbatas usia, bagi siapa saja yang mempunyai usaha dengan giat berarti dialah pemuda. Pemimpin yang berhasil memecahkan rekor menulis selama 3 tahun lebih ini menjadi angin segar bagi kehidupan kampus sampai detik ini. Menurut Prof. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN SH Jakarta), “Prof. Imam pantas diberi apresiasi dengan tidak hanya konsistensi- nya menulis refleksi singkat dalam tulisan. Melainkan teks-teks monumental yang dia bangun berupa institusi UIN Malang itu sendiri

Ulama juga Negarawan

Image
Ulama juga Negarawan - Berbicara tentang perjalanan bangsa Indonesia mendeklarasikan diri untuk menjadi bangsa yang independen baik diakui secara de facto maupun de jure tentu tidak akan terlepas dari kontribusi para ‘ulama. Melalui gebrakan dari para ‘ulama  inilah yang pada akhirnya mampu mengobarkan semangat para rakyat Indonesia yang mayoritasnya muslim untuk mempunyai semangat “Hubbul Wathan minal iman”, cinta tanah air sebagaian dari iman. Berbagai bentuk wadah perjuangan para ‘ulama pun mulai menjamur di nusantara, sebut saja Nahdlatul ‘ulama, Muhammadiyah, MIAI, Masyumi, Syarikat Islam, dan lain sebagainya. Melalui berbagai wadah tersebut pada akhirnya mampu membawa angin segar bagi bangsa Indonesia, dimana tanggal 17 agustus 1945 indonesia resmi mendeklarasikan diri menjadi negara yang merdeka, meskipun status negara Indonesia pada waktu itu hanya di akui secara de facto saja belum diakui dalam bentuk de jure . Para ‘ulama juga memegang peran yang penting dalam pemben

Tafsir Ke-Bhinneka-an dalam Sepotong Daging Kerbau

Image
Tafsir K e -B hi n neka - an dalam S epotong D aging K erbau - Akhir pekan kemarin, saya mengajak anak dan istri silaturrahim ke Kudus. Kota yang melahirkan banyak hafidz-hafidzah al-Qur'an. Destinasi utamaku di salah satu pesantren milik KH Arwani Amin, ulama kharismatik pembawa sanad al-Qur'an ala Qiroah Sab'ah dari simbah KH Munawwir Krapyak Yogjakarta. Pesantren yang saya tuju ini unik karena mempunyai misi melahirkan penghafal al-Qur'an yang saintis atau ilmuwan bidang eksak. Selain pesantren itu, yang menarik adalah kuliner soto kerbau khas Kudus. Warisan kuliner hasil akulturasi budaya zaman Sunan Kudus yang masih dilestarikan sampai sekarang. Setelah antri beberapa saat, hidangan soto kerbau dalam mangkuk kecil itu tersaji didepanku. ku gigit daging kerbau itu, tiba-tiba terbayang kedamaian dan keharmonisan bermasyarakat pada masa Sunan Kudus. Di tengah masyarakat Hindu Kudus, S unan Kudus melarang umat islam makan daging sapi. Sebagai penggantinya

Pesantren Bukanlah Tukang Sulap

Image
Pesantren Bukanlah Tukang Sulap -  Seringkali muncul persepsi bahwa kalau anak dimasukkan ke pesantren, ikut tinggal dan belajar beberapa tahun didalamnya, mereka bisa jadi anak pandai dan sholeh setelah lulus dari pesantren. Merupakan hal yang lumrah kalau orangtua menyekolahkan anaknya ke pesantren dengan harapan  seperti yang sudah saya sebutkan diatas tadi. Tapi perlu diketahui juga (agar tidak timbul salah persepsi atau timbul rasa kecewa : karena berharap terlalu berlebihan terhadap pesantren), bahwa Pondok Pesantren bukanlah “tukang sihir”, juga bukanlah “tukang sulap” yang bisa mensolehkan dan memandaikan orang secara tidak wajar. Tidak semua anak lulusan pesantren bisa jadi da’i, mubaligh, imam besar, atau jadi apapun yang mereka inginkan sebelum masuk ke pesantren. Semua itu tergantung pada seberapa besar keinginan mereka, dan seberapa besar usaha mereka untuk merealisasikan keinginan tersebut. Pada dasarnya Pondok Pesantren hanya memberikan kunci, dan santri sen

Tonggak Sejarah Bangsa Indonesia

Image
Tonggak Sejarah Bangsa Indonesia - Bahwa peringatan 17 agustus, mensyukuri nikmat kemerdekaan Republik Indonesia tercinta, dimulai dari berdizikir secara berjama'ah di Istana Presiden. Diharapkan oleh para sesepuh ‘Ulama, gerakan ini semakin membumi, dimulai dari istana kepresidenan, kantor gubernur, pendopo kabupaten atau walikota, balai kecamatan sampai balai desa dan sebagainya, akan meneladani uswah ini yaitu memulai perayaaan agustusan dengan majelis dzikir, ini adalah uswah hasanah . Para ulama sepuh telah menancapkan tonggak sejarah, beliau-beliau akan mendapatkan pahala jariyah ila yaumil qiyamah.   ‎ من سن سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها إلى يوم القيامة Soal apakah ini politis? Saya berani menjawab bahwa justru semua aspek kehidupan pasti tidak akan terhindar dari langkah politik. Tinggal politik yg seperti apa yang musti kita gapai atau lalui dan yang seperti apa pula yg musti kita hindari?  Politik yang berikhtiyar menggapai kemaslahatan ber

Refleksi Jelang Haul Kyai Wahab

Image
Refleksi Jelang Haul Kyai Wahab - Sepulang dari Mekkah tahun 1914, Mbah Wahab tidak hanya mengasuh pesantrennya Tambakberas Jombang, tetapi juga aktif dalam pergerakan nasional karena tidak tega melihat kondisi bangsanya yang mengalami kemerosotan hidup dan penderitaan yang mendalam, kurang memperoleh pendidikan, mengalami kemiskinan dan keterbelakangan yang diakibatkan oleh penindasan dan pengisapan yang dilakukan oleh penjajah Belanda. Melihat kondisi tersebut, Mbah Wahab bersama kaum muda lain mendirikan organisasi pergerakan yang dinamakan Nahdlatul Wathon (Gerakan Kebangsaan). Selanjutnya untuk mencermati perkembangan dunia yang semakin kompleks, maka bersama tokoh pergerakan nasional, Dr. Soetomo, pada tahun 1918, Kiai Wahab mendirikan Tashwirul Afkar (Gerakan Pemikiran) untuk mendinamisir pemikiran masalah kebangsaan. Organisasi-organisasi tersebut bersifat non-kooperatif dengan penjajah Belanda sehingga tidak mendapatkan santunan dana. Sebab itu untuk memperkuat penda