SOSOK: Kepahlawanan KH Wahab Hasbullah
Nama Abdul Wahab di Indonesia tentu banyak sekali. Sebuah nama yang seringkali dipakai orang, baik orang awam, pemimpin, maupun kalangan ulama. Akan tetapi, kalau disebut nama KH Wahab Hasbullah maka hampir dipastikan bahwa yang dimaksut adalah KH Wahab Hasbullah yang dikenal luas di masyarakat. KH Wahab Hasbullah dilahirkan di Tambakberas Jombang Tawa Timur pada tanggal 31 Maret 1888, dari seorang ayah yang bernama Kiai Hasbullah. Menurut orang yang pernah bergaul dengannya, KH Wahab Hasbullah adalah sosok seseorang yang bertubuh kecil langsing, tetapi bersikap gagah, memiliki ketangkasan, ramah tamah, serta berwibawa.
KH Wahab Hasbullah memiliki latar belakang pesantren dan juga darah pejuang yang mengalir dalam dirinya. Ia memiliki cakrawala pengetahuan yang sangat luas untuk ukuran kelas pemuda saat itu dan memiliki kesadaran nasionalisme untuk terbebas dari kungkungan penjajahan. Pengetahuan yang diperoleh dari pesantren ke pesantren se- nusantara menjadi basis kesadaran dirinya. Sampai pada akhirnya ia melanjutkan belajar kepada para ulama terkemuka di kota makkah selama lima tahun.
Di kota makkah inilah kesadaran nasionalismenya semakin memuncak. Sebagai anak bangsa yang kesadaran nasionalismenya tergugah akibat penjajahan, ia sangat merasakan sakitnya menjadi negeri jajahan, di mana banyak rakyat menderita, kemiskinan, hancurnya tatanan budaya dan adat istiadat yang telah mapan, serta kekayaan alam terkuras. Yang lebih meringis nurani kebangsaannya adalah kebodohan merajalela akibat system atau kebijakan penjajah yang tidak memihak pada peningkatan kecerdasan bangsa Indonesia.
Bukti kongkret dari semangat nasionalisme dari Mbah Wahab sendiri terlihat jelas pada keseharian beliau, dimana beliau bersama KH. Mas Mansyur merupakan penggagas forum diskusi Tashwirul Afkar atau “Potret Pemikiran” pada tahun 1914, Sebuah forum diskusi untuk membangun kesadaran keagamaan dan kebangsaan. Bersama KH. Mas Mansyur pula beliau juga bersepakat mendirikan kelompok kerja Nahdlatul Tujjar dan Nahdlatul Wathan sebuah forum yang bertujuan mengembangkan kesadaran aspek ekonomi dan aspek Pendidikan di kalangan rakyat jelata.
KH. Wahab Hasbullah terus bergerak, pada periode 1920-an bersama Abdullah Ubaid beliau berinisiatif membentuk sebuah organisasi pemuda muslim bernama Syubbanul Wathon (Pemuda tanah air) di Surabaya, dimana organisasi ini didirikan sebagai upaya untuk menjalin persatuan dikalangan muda dalam menyikapi dan menghadapi politik kolonialisasi.
Salah satu peran dari Mbah Wahab yang tergolong vital bagi peradaban umat islam Indonesia bahkan dunia tampak sekitar tahun 1926, dimana Mbah wahab bersama Syeikh Ahmad Ghana’im lewat sebuah badan bentukan para ‘Ulama bernama Komite Hijaz berhasil meyakinkan Raja Saud di Kerajaan Saudi Arabiyah untuk tetap memberlakukan kebebasan bermadzab empat (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hambali) dan agar tidak membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Melalui badan tersebut itulah yang pada akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya organisasi Nahdlatul ‘Ulama, dimana Mbah Wahab Hasbullah menjadi motor penggerak organisasi tersebut dengan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagai otak dari organisasi tersebut.
Ketika fatwa Resolusi Jihad dikeluarkan Rois Akbar PBNU KH Hasyim Asy'ari, dalam pertemua ulama dan konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) di Jalan Bubutan VI/2 Surabaya pada 22 Oktober 1945, Kiai Wahab yang waktu itu menjadi Khatib Am PBNU bertugas mengawal implementasi dan pelaksanaan di lapangan. Fatwa tersebut akhirnya menjadi pemantik pertempuran heroik 10 November, untuk mengusir Belanda yang ingin kembali menjajah dengan cara membonceng NICA yang dipimpin oleh pasukan Inggris.
Berkenaan dengan jasa-jasa Mbah Wahab Hasbullah yang sedemikian besar bagi bangsa Indonesia, pada akhirnya tanggal 8 November 2014 KH Wahab Hasbullah resmi dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional karena dilihat dari peran- peran yang sudah dilakukan KH Wahab Hasbullah baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan ataupun hasil kajian secara akademik dan ilmiah, beliau memang pantas disebut dengan Pahlawan Nasional.
Bukti kongkret dari semangat nasionalisme dari Mbah Wahab sendiri terlihat jelas pada keseharian beliau, dimana beliau bersama KH. Mas Mansyur merupakan penggagas forum diskusi Tashwirul Afkar atau “Potret Pemikiran” pada tahun 1914, Sebuah forum diskusi untuk membangun kesadaran keagamaan dan kebangsaan. Bersama KH. Mas Mansyur pula beliau juga bersepakat mendirikan kelompok kerja Nahdlatul Tujjar dan Nahdlatul Wathan sebuah forum yang bertujuan mengembangkan kesadaran aspek ekonomi dan aspek Pendidikan di kalangan rakyat jelata.
KH. Wahab Hasbullah terus bergerak, pada periode 1920-an bersama Abdullah Ubaid beliau berinisiatif membentuk sebuah organisasi pemuda muslim bernama Syubbanul Wathon (Pemuda tanah air) di Surabaya, dimana organisasi ini didirikan sebagai upaya untuk menjalin persatuan dikalangan muda dalam menyikapi dan menghadapi politik kolonialisasi.
Salah satu peran dari Mbah Wahab yang tergolong vital bagi peradaban umat islam Indonesia bahkan dunia tampak sekitar tahun 1926, dimana Mbah wahab bersama Syeikh Ahmad Ghana’im lewat sebuah badan bentukan para ‘Ulama bernama Komite Hijaz berhasil meyakinkan Raja Saud di Kerajaan Saudi Arabiyah untuk tetap memberlakukan kebebasan bermadzab empat (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hambali) dan agar tidak membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Melalui badan tersebut itulah yang pada akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya organisasi Nahdlatul ‘Ulama, dimana Mbah Wahab Hasbullah menjadi motor penggerak organisasi tersebut dengan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagai otak dari organisasi tersebut.
Ketika fatwa Resolusi Jihad dikeluarkan Rois Akbar PBNU KH Hasyim Asy'ari, dalam pertemua ulama dan konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) di Jalan Bubutan VI/2 Surabaya pada 22 Oktober 1945, Kiai Wahab yang waktu itu menjadi Khatib Am PBNU bertugas mengawal implementasi dan pelaksanaan di lapangan. Fatwa tersebut akhirnya menjadi pemantik pertempuran heroik 10 November, untuk mengusir Belanda yang ingin kembali menjajah dengan cara membonceng NICA yang dipimpin oleh pasukan Inggris.
Berkenaan dengan jasa-jasa Mbah Wahab Hasbullah yang sedemikian besar bagi bangsa Indonesia, pada akhirnya tanggal 8 November 2014 KH Wahab Hasbullah resmi dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional karena dilihat dari peran- peran yang sudah dilakukan KH Wahab Hasbullah baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan ataupun hasil kajian secara akademik dan ilmiah, beliau memang pantas disebut dengan Pahlawan Nasional.
Lailatus Shoimah –Angkatan 2014 HIMMABA Komisariat UM
Comments
Post a Comment
Biasakan Berkomentar.
(Komentar Anda Merupakan Kehormatan Bagi Kami) - Terima Kasih